Oleh:
Akhmad Shoim*
Dugderan
merupakan tradisi serta identitas warga Semarang. Dugderan atau istilah lainnya
Megengan merupakan kegiatan rutin tahunan menyambut Ramadan yang harus di
lestarikan pemerintah Semarang. Masyarakat sudah seharusnya melestarikan
tradisi ini, karena kegiatan ini turun-temurun dari zaman dahulu.
Menurut
Antropolog Undip, Prof Dr Mudjahirin Thohir MA menuliskan, Dugderan atau
Megengan merupakan tradisi menjelang puasa. Puasa dipahami orang Jawa sebagai
bulan suci, ibadah yang menuai keistimewaan dengan segala ibadah yang dilakukan
akan dilipatgandakan, selain itu bagi yang telah meninggal puasa merupakan
waktu untuk bebas dari siksaan.
Dalam
pandangan Islam Jawa, pada bulan Sura menjelang puasa, mereka melakukan
rangkaian nyadran, bersih kubur, kirim doa, juga dugderan. Hal ini dilakukan
untuk mengirim doa kepada leluhur yang telah meninggal, serta menyambut bulan Ramadan
yang penuh berkah dan pahala.
Dugderan
diambil dari kata Dug, yang mengisyaratkan bunyi tabuhan bedug. Dan Der berasal
dari suara dentuman meriam yang berbunyi Der. Sehingga kata ini digunakan
dengan nama dugderan.
Dugderan
muncul sebagai sarana publikasi datangnya bulan puasa serta perintah menunaikan
ibadah puasa. Praktiknya dengan menabuh bedug dan mengundang warga Semarang. Sehingga
berkembang dengan kegiatan karnaval atau arak-arakan, munculnya banyak pedagang
dengan barang dagangannya.
Perkembangan
Megengan juga tampak dengan warak ngendog.
Warak berasal dari bahasa 'tarikat' yaitu dari kata wirai yang berarti
kesiapan lahir batin menuju ibadah dalam hal ini ibadah puasa. Untuk kata endog
atau telur diasosiasikan dikeluarkan oleh binatang, yang menyimbolkan berkah.
Penertiban
Pelaksanaan
dugderan terjadi di beberapa tempat, di sekitar pasar Johar dan sekitar Masjid
Agung Jawa Tengah, juga di Jalan Kyai Haji Agus Salim, Jalan Pedamaran dan
Jalan Pemuda. Pelaksanaan dugderan sering kali menuai kritik. Para pedagang
banyak yang sulit ditata, kemacetan lalu lintas, rawan pencurian, dan yang
lainnya.
Pemerintah
kota Semarang diharapkan menata para pedagang supaya tertib dan tidak berjualan
di tengah jalan, sehingga mengganggu lalu lintas dan para penggguna jalan raya.
Selain
itu, para pedagang diharapkan menjaga fungsi estetika sarana lain di lokasi
dugderan. Peran serta semua instansi lain juga penting agar tidak terjadi
kesemrawutan dan tidak tertata dengan baik.
Dalam
menjaga keamanan dugderan, supaya terhindar dari kejahatan dan tindakan kriminal,
Peran Satpol Pamong Praja, Polisi, dan TNI sangat penting supaya turut mengatur
dan menjaga keamanan dugderan.
0 komentar:
Posting Komentar