Setelah mendapat banyak penolakan dari berbagai elemen, baik
pemerintah parpol maupun ormas yang mengatasnamakan agama, akhirnya Lady Gaga
menyatakan membatalkan konsernya di Indonesia.
Rasanya baru kali ini rencana konser penyanyi luar negeri memantik
keributan seheboh sekarang. Konser akbar artis papan atas Amerika Serikat, Lady Gaga, yang dijadwalkan
berlangsung awal Juni ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, batal
setelah front pembela Islam (FPI) menyatakan menolaknya.
Menurut petinggi FPI, Lady Gaga ditolak karena suka memuja setan. Sikap
keras ini lagsung disambut pendapat serupa dari Majelis Ulama Indonesia, Hizbut
Tahrir, PPP, dan Muhammadiyah.
Khawatir melihat tensi ketegangan di Ibu Kota meningkat, Kepala
Kepolisian Daerah Metro Jaya Irjen Untung Rajab buru-buru menegaskan bahwa
polisi tidak akan memberi izin penyelenggaraan konser Lady Gaga.
Setidaknya ada dua alasan mengapa Lady Gaga ditolak di Indonesia. Pertama,
karena Lady Gaga sering menampilkan erotisme dan nuansa sensual setiap kali melakukan
konser. Ini dianggap tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan unggah ungguh
kesopanan nusantara. Kedua, Lady Gaga dianggap merusak moral bangsa dan tidak
sesuai dengan norma agama karena dianggap sebagai pemuja setan.
Sesungguhnya, apa yang dikhawatirkan dari seorang Lady Gaga? Begitu
banyak urusan yang jauh lebih krusial di negeri ini, kenapa harus ngurusi Lady
Gaga yang hanya seorang penyanyi beraliran rock sensual semacam Madonna.
Setelah tiket terjual 52 ribu lembar, prokontra semakin meningkat. Alasan
mereka yang menentang konser Lady Gaga, dia adalah penyanyi pemuja setan yang
dikhawatirkan akan menghipnotis penonton, yang pertunjukannya menghina agama
dan menyajikan pornografi.
Semua ini akan dianggap merusak “moral bangsa”. Pertanyaannya, pada
bagian mana dari lagunya yang memuja setan, pertunjukan yang mana yang menghina
agama dan pertunjukan yang mana yang menyajikan pornografi.
Apakah misalnya setelah Lady Gaga pentas terus para penonton tidak
punya moral dan etika. Konser adalah sebuah kebebasan berekspresi dalam
menuangkan ide-ide dan seni. Justru moral dibentuk sejak manusia itu lahir. Yang
berperan penting dalam pembentukan moral yaitu dilingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakatnya.
Sebelum Lady Gaga konser di Indonesia moral para remaja usia
sekolah di Negara kita sudah parah. Banyak terjadi tawuran antar pelajar,
pergaulan bebas seolah menjadi keseharian para remaja, serta terjadinya korupsi
kolusi dan nipotisme sudah mendarah daging di dalam jiwa pejabat pemerintah. Apakah
ini semua karena Lady Gaga? tentu bukan.
Kemudian, Lady Gaga dianggap memuja setan. Kalau orang menonton
konsernya dia akan menjadi setan karena terhipnotis olehnya. Ini sungguh tidak
masuk akal. Sesungguhnya pemuja setan sudah muncul dari dulu sebelum adanya
konser Lady Gaga terjadi.
Era sekarang para pemuja setan bukan lagi memuja batu besar atau
sejenisnya. Akan tetapi mereka yang gila harta, gila jabatan, hedonisme, korupsi
dan mabuk kekuasaan, mereka itu yang pemuja setan.
Penulis berpesan, sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya
kita menjaga moral bangsa, tapi bukan dengan cara menolak konser seperti ini.
Memberi teladan kepada generasi muda budaya anti korupsi lebih
penting dilakukan di lingkungan keluarga dan di sekolah, dari pada memberi anak
mainan-mainan yang kurang bermanfaat. Memberi teladan kesopanan serta unggah-ungguh
yang positif kepada para remaja supaya jangan tawuran, sekolah dengan baik,
serta patuh pada orang tua. Sehingga nantinya diharapkan terjadi keharmonisan
dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sehingga akhirnya berdampak
pada kebaikan sikap dan moral generasi muda dan moral bangsa.
*Akhmad Shoim (Litbang SKM Amanat dan Sub Bagian Humas IAIN Walisongo
Semarang)
0 komentar:
Posting Komentar