Setelah Heboh mendapatkan penolakan dari berbagai elemen dan
pemerintah, Lady Gaga akhirnya menyatakan konsernya di Indonesia lewat
promotornya Big Daddy kemarin.
Konser penyanyi luar negeri ini memantik keributan yang sangat heboh.
Konser akbar artis papan atas Amerika
Serikat, Lady Gaga, yang dijadwalkan berlangsung awal Juni ini di Stadion Utama
Gelora Bung Karno, Senayan, batal setelah front pembela Islam (FPI) menyatakan
menolaknya.
Dalam konser Lady kemarin memang banyak menuai pro-kontra berbagai
pihak. Ini seharusnya disikapi dengan arif dan bijaksana.
Setidaknya ada dua alasan mengapa Lady Gaga ditolak di Indonesia.
Pertama, karena Lady Gaga sering menampilkan erotisme dan nuansa sensual setiap
kali melakukan konser. Ini dianggap tidak sesuai dengan budaya Indonesia dan
unggah ungguh kesopanan nusantara. Kedua, Lady Gaga dianggap merusak moral
bangsa dan tidak sesuai dengan norma agama karena dianggap sebagai pemuja
setan.
Sesungguhnya, apa yang dikhawatirkan dari seorang Lady Gaga? Begitu
banyak urusan yang jauh lebih krusial di negeri ini, misalnya merubah moral
bangsa dari pengaruh asing, kenapa harus ngurusi Lady Gaga yang hanya seorang
penyanyi beraliran rock sensual semacam Madonna.
Alasan mereka yang menentang konser Lady Gaga, dia adalah penyanyi
pemuja setan yang dikhawatirkan akan menghipnotis penonton, yang pertunjukannya
menghina agama dan menyajikan pornografi.
Semua ini akan dianggap merusak “moral bangsa”. Pertanyaannya, pada
bagian mana dari lagunya yang memuja setan, pertunjukan yang mana yang menghina
agama dan pertunjukan yang mana yang menyajikan pornografi.
Apakah misalnya setelah Lady Gaga pentas terus para penonton tidak
punya moral dan etika. Konser adalah sebuah kebebasan berekspresi dalam
menuangkan ide-ide dan seni. Justru moral dibentuk sejak manusia itu lahir.
Yang berperan penting dalam pembentukan moral yaitu dilingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakatnya.
Sebelum Lady Gaga konser di Indonesia moral para remaja usia
sekolah di Negara kita sudah parah. Banyak terjadi tawuran antar pelajar,
pergaulan bebas seolah menjadi keseharian para remaja, serta terjadinya korupsi
kolusi dan nipotisme sudah mendarah daging di dalam jiwa pejabat pemerintah.
Apakah ini semua karena Lady Gaga? tentu bukan.
Kemudian, Lady Gaga dianggap memuja setan. Kalau orang menonton
konsernya dia akan menjadi setan karena terhipnotis olehnya. Ini sungguh tidak
masuk akal. Sesungguhnya pemuja setan sudah muncul dari dulu sebelum adanya
konser Lady Gaga terjadi.
Era sekarang para pemuja setan adalah mereka yang gila harta, gila
jabatan, hedonisme, korupsi dan mabuk kekuasaan, mereka itu yang pemuja setan.
Penulis berpesan, sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya
kita menjaga moral bangsa, tapi bukan dengan cara menolak konser seperti ini.
Memberi teladan kepada generasi muda budaya anti korupsi lebih
penting dilakukan di lingkungan keluarga dan di sekolah, dari pada memberi anak
mainan-mainan yang kurang bermanfaat.
Memberi teladan kesopanan serta unggah-ungguh yang positif kepada
para remaja supaya jangan tawuran, sekolah dengan baik, serta patuh pada orang
tua. Sehingga nantinya diharapkan terjadi keharmonisan dalam kehidupan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Sehingga akhirnya berdampak pada kebaikan
sikap dan moral generasi muda dan moral bangsa.
*Akhmad Shoim (Litbang SKM Amanat dan Sub Bagian Humas IAIN
Walisongo Semarang)
0 komentar:
Posting Komentar