Selamat Datang di Situs akhmadshoim.blogspot.com Cp. 082323989890 e-mail: soimah49@gmail.com

Kamis, 07 Maret 2013

Memimpikan Gubernur yang Ideal


Pada tanggal 26 Mei 2013 mendatang, masyarakat Jawa Tengah akan menjalani gawe besar, yaitu Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng 2013.
Pendaftaran calon gubernur sudah ditutup pada Selasa 5 Februari. Tiga pasangan calon Gubernur telah mendaftar ke KPU. Yaitu, incumbent Bibit Waluyo-Sudijono Sastroatmojo (Partai Demokrat, Partai Golkar dan PAN), Ganjar Pranowo – Heru Sudjatmiko (PDIP), serta Hadi Prabowo-Don Murdono (Gerindra, PKS, PKB, dan PPP)
Siapapun Gubernur-Wakil Gubernurnya nanti, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng yang akan digelar ke depan harus diupayakan mampu menentukan pemimpin yang membawa perubahan lebih baik.
Kurang lebih 30 juta rakyat Jawa Tengah memimpikan sosok calon Gubernur-Wakil Gubernur yang mampu memimpin Jawa Tengah lebih sejahtera, aman, damai, makmur dan  sentosa, serta peduli terhadap kepentingan rakyat kecil.
Rakyat Jawa Tengah mengharapkan calon figur yang mementingkan nasib rakyat kecil. Misalnya memperhatikan pendidikan murah, jaminan  pangan murah, jaminan kesehatan masyarakat miskin dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan pengangguran.
Masyarakat Jateng tidak butuh janji-janji manis para calon gubernur, tanpa adanya bukti dan fakta riil yang terjadi dilapangan. Terlebih lagi jika calon yang diusung merupakan tersangka kasus korupsi, memiliki citra buruk dan memiliki berbagai kasus penyimpangan atau penyelewengan proyek-proyek di Jateng. Sekarang rakyat Jateng sudah sadar dan tidak sembarangan memilih.
Jawa Tengah yang terdiri dari 34 Kabupaten dan Kota memiliki potensi yang besar yang strategis sehingga posisi Gubernur Jawa Tengah sangatlah menjanjikan.
Para elite politik perlu memiliki kepekaan dan kejelian dalam menentukan calon gubernur dan wakil gubernur yang bakal diusung nanti. Sekali lagi persoalan substansial tak boleh dilupakan terutama menyangkut kepentingan Jawa Tengah. Selain memiliki kapabilitas maka faktor lain yang terpenting adalah integritas dan moral. Rakyat akan memakai hati nurani dalam memilih.
Partai Politik pengusung calon gubernur, seharusnya mencari calon yang mampu mengakomodir kepentingan rakyat Jateng, bukan kepentingan partai belaka. Parpol harus selektif dan teliti dalam perekrutan calon gubernur ke depan.
Figur yang ideal terhadap masyarakat Jawa Tengah yaitu figur yang mampu mendidik, menuntun, dan memberi teladan masyarakat. Dia mampu bekerja keras tanpa kenal lelah demi nasib rakyat Jawa Tengah.
Calon Gubernur seharusnya memiliki perangai, sikap, dan perilaku kepemimpinan yang melindungi masyarakat yang heterogen. Dia juga mampu bersikap dan mengambil kebijakan dengan arif dan bijaksana. Sikap santun, bersahabat, komunikatif, dan selalu menghargai siapa pun menjadi syarat mutlak untuk bisa menarik simpati masyarakat. Masyarakat rindu figur yang senang menyejajarkan diri dengan sesama, tidak memandang strata maupun jabatan.
Selain itu, sosok gubernur harus mampu membangun suasana kondusif dalam segala struktur  masyarakat Jateng. Konsep filsafah pemimpin-pemimpin Jawa bisa menjadi rujukan untuk mendapatkan sosok-sosok yang ideal. Misalkan saja sosok Raden Fatah saat memimpin kerajaan Demak, Sosok Sunan Pandanaran, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Kiai Soleh Darat, Raden Ronggowarsito dan Sunan Muria yang arif dan bijaksana, serta tulus memikirkan rakyat kecil.
Kapabilitas dan kredibilitas calon Gubernur juga sangat menentukan dia dipilih rakyat Jateng atau tidak. Rakyat sangat memimpikan sosok yang layak dan mampu merubah Jawa Tengah menjadi lebih maju, makmur, dan sejahtera.
Disamping figur calon Gubernur yang ideal, proses Pilkada Jateng yang menghabiskan dana 720 miliar rupiah juga harus ada pengawasan dan pengawalan. KPU sebagai pelaksana Pemilihan Gubernur harus melaksanakan secara optimal. Jangan sampai uang Negara miliaran rupiah dihambur-hamburkan pada pos-pos yang kurang penting.
Terlebih lagi, jika Pilkada Jateng nanti tidak menghasilkan gubernur yang didambakan masyarakat Jateng. Jangan sampai pilkada ini dijadikan sebagai ritual lima tahunan saja, tanpa hasil yang memuaskan. Mari kita kawal bersama Pilgub Jateng 2013 supaya berjalan dengan jujur, adil dan damai. Semoga!
*Akhmad Shoim (Peneliti di Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Jateng, Alumni IAIN Walisongo).

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites