Selamat Datang di Situs akhmadshoim.blogspot.com Cp. 082323989890 e-mail: soimah49@gmail.com

Selasa, 10 Juli 2012

DUGDERAN, TRADISI SEMARANG


Oleh: Akhmad Shoim*
Dugderan merupakan tradisi serta identitas warga Semarang. Dugderan atau istilah lainnya Megengan merupakan kegiatan rutin tahunan menyambut Ramadan yang harus di lestarikan pemerintah Semarang. Masyarakat sudah seharusnya melestarikan tradisi ini, karena kegiatan ini turun-temurun dari zaman dahulu.
Menurut Antropolog Undip, Prof Dr Mudjahirin Thohir MA menuliskan, Dugderan atau Megengan merupakan tradisi menjelang puasa. Puasa dipahami orang Jawa sebagai bulan suci, ibadah yang menuai keistimewaan dengan segala ibadah yang dilakukan akan dilipatgandakan, selain itu bagi yang telah meninggal puasa merupakan waktu untuk bebas dari siksaan.
Dalam pandangan Islam Jawa, pada bulan Sura menjelang puasa, mereka melakukan rangkaian nyadran, bersih kubur, kirim doa, juga dugderan. Hal ini dilakukan untuk mengirim doa kepada leluhur yang telah meninggal, serta menyambut bulan Ramadan yang penuh berkah dan pahala.
Dugderan diambil dari kata Dug, yang mengisyaratkan bunyi tabuhan bedug. Dan Der berasal dari suara dentuman meriam yang berbunyi Der. Sehingga kata ini digunakan dengan nama dugderan.
Dugderan muncul sebagai sarana publikasi datangnya bulan puasa serta perintah menunaikan ibadah puasa. Praktiknya dengan menabuh bedug dan mengundang warga Semarang. Sehingga berkembang dengan kegiatan karnaval atau arak-arakan, munculnya banyak pedagang dengan barang dagangannya.
Perkembangan Megengan juga tampak dengan warak ngendog.  Warak berasal dari bahasa 'tarikat' yaitu dari kata wirai yang berarti kesiapan lahir batin menuju ibadah dalam hal ini ibadah puasa. Untuk kata endog atau telur diasosiasikan dikeluarkan oleh binatang, yang menyimbolkan berkah.
Penertiban
Pelaksanaan dugderan terjadi di beberapa tempat, di sekitar pasar Johar dan sekitar Masjid Agung Jawa Tengah, juga di Jalan Kyai Haji Agus Salim, Jalan Pedamaran dan Jalan Pemuda. Pelaksanaan dugderan sering kali menuai kritik. Para pedagang banyak yang sulit ditata, kemacetan lalu lintas, rawan pencurian, dan yang lainnya.
Pemerintah kota Semarang diharapkan menata para pedagang supaya tertib dan tidak berjualan di tengah jalan, sehingga mengganggu lalu lintas dan para penggguna jalan raya.
Selain itu, para pedagang diharapkan menjaga fungsi estetika sarana lain di lokasi dugderan. Peran serta semua instansi lain juga penting agar tidak terjadi kesemrawutan dan tidak tertata dengan baik.
Dalam menjaga keamanan dugderan, supaya terhindar dari kejahatan dan tindakan kriminal, Peran Satpol Pamong Praja, Polisi, dan TNI sangat penting supaya turut mengatur dan menjaga keamanan dugderan.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites