Pada
tanggal 26 Mei 2013 mendatang, masyarakat Jawa Tengah akan menjalani gawe
besar, yaitu Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng 2013.
Pendaftaran
calon gubernur sudah ditutup pada Selasa 5 Februari. Tiga pasangan calon
Gubernur telah mendaftar ke KPU. Yaitu, incumbent Bibit Waluyo-Sudijono
Sastroatmojo (Partai Demokrat, Partai Golkar dan PAN), Ganjar Pranowo – Heru
Sudjatmiko (PDIP), serta Hadi Prabowo-Don Murdono (Gerindra, PKS, PKB, dan PPP)
Siapapun
Gubernur-Wakil Gubernurnya nanti, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng
yang akan digelar ke depan harus diupayakan mampu menentukan pemimpin yang
membawa perubahan lebih baik.
Kurang
lebih 30 juta rakyat Jawa Tengah memimpikan sosok calon Gubernur-Wakil Gubernur
yang mampu memimpin Jawa Tengah lebih sejahtera, aman, damai, makmur dan sentosa, serta peduli terhadap kepentingan
rakyat kecil.
Rakyat
Jawa Tengah mengharapkan calon figur yang mementingkan nasib rakyat kecil.
Misalnya memperhatikan pendidikan murah, jaminan pangan murah, jaminan kesehatan masyarakat
miskin dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
pengangguran.
Masyarakat
Jateng tidak butuh janji-janji manis para calon gubernur, tanpa adanya bukti
dan fakta riil yang terjadi dilapangan. Terlebih lagi jika calon yang diusung
merupakan tersangka kasus korupsi, memiliki citra buruk dan memiliki berbagai
kasus penyimpangan atau penyelewengan proyek-proyek di Jateng. Sekarang rakyat
Jateng sudah sadar dan tidak sembarangan memilih.
Jawa
Tengah yang terdiri dari 34 Kabupaten dan Kota memiliki potensi yang besar yang
strategis sehingga posisi Gubernur Jawa Tengah sangatlah menjanjikan.
Para
elite politik perlu memiliki kepekaan dan kejelian dalam menentukan calon gubernur
dan wakil gubernur yang bakal diusung nanti. Sekali lagi persoalan substansial
tak boleh dilupakan terutama menyangkut kepentingan Jawa Tengah. Selain
memiliki kapabilitas maka faktor lain yang terpenting adalah integritas dan
moral. Rakyat akan memakai hati nurani dalam memilih.
Partai
Politik pengusung calon gubernur, seharusnya mencari calon yang mampu
mengakomodir kepentingan rakyat Jateng, bukan kepentingan partai belaka. Parpol
harus selektif dan teliti dalam perekrutan calon gubernur ke depan.
Figur
yang ideal terhadap masyarakat Jawa Tengah yaitu figur yang mampu mendidik,
menuntun, dan memberi teladan masyarakat. Dia mampu bekerja keras tanpa kenal
lelah demi nasib rakyat Jawa Tengah.
Calon
Gubernur seharusnya memiliki perangai, sikap, dan perilaku kepemimpinan yang
melindungi masyarakat yang heterogen. Dia juga mampu bersikap dan mengambil
kebijakan dengan arif dan bijaksana. Sikap santun, bersahabat, komunikatif, dan
selalu menghargai siapa pun menjadi syarat mutlak untuk bisa menarik simpati
masyarakat. Masyarakat rindu figur yang senang menyejajarkan diri dengan sesama,
tidak memandang strata maupun jabatan.
Selain
itu, sosok gubernur harus mampu membangun suasana kondusif dalam segala
struktur masyarakat Jateng. Konsep
filsafah pemimpin-pemimpin Jawa bisa menjadi rujukan untuk mendapatkan
sosok-sosok yang ideal. Misalkan saja sosok Raden Fatah saat memimpin kerajaan
Demak, Sosok Sunan Pandanaran, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Kiai Soleh Darat,
Raden Ronggowarsito dan Sunan Muria yang arif dan bijaksana, serta tulus
memikirkan rakyat kecil.
Kapabilitas
dan kredibilitas calon Gubernur juga sangat menentukan dia dipilih rakyat
Jateng atau tidak. Rakyat sangat memimpikan sosok yang layak dan mampu merubah
Jawa Tengah menjadi lebih maju, makmur, dan sejahtera.
Disamping
figur calon Gubernur yang ideal, proses Pilkada Jateng yang menghabiskan dana 720
miliar rupiah juga harus ada pengawasan dan pengawalan. KPU sebagai pelaksana Pemilihan
Gubernur harus melaksanakan secara optimal. Jangan sampai uang Negara miliaran
rupiah dihambur-hamburkan pada pos-pos yang kurang penting.
Terlebih
lagi, jika Pilkada Jateng nanti tidak menghasilkan gubernur yang didambakan
masyarakat Jateng. Jangan sampai pilkada ini dijadikan sebagai ritual lima
tahunan saja, tanpa hasil yang memuaskan. Mari kita kawal bersama Pilgub Jateng
2013 supaya berjalan dengan jujur, adil dan damai. Semoga!
*Akhmad Shoim (Peneliti di Forum Indonesia
untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Jateng, Alumni IAIN Walisongo).